BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam paparan awalnya George Ritzer
menggambarkan dan menjelaskan tentang asal-usul lahirnya sebuah ilmu sosiologi.
Dimana George Ritzer menerangkan sejarah lahir dan terbentuknya cabang ilmu ini
mulai pemisahan diri dari filsafat positif hingga memiliki nilai empiris bahkan
terbentuknya paradigma sosiologi. Thomas Kuhn sebagai penggagas konsep tentang
istilah pertamakali paradigma menempati posisi sentral ditengah perkembangan
sosiologi hingga menempati kurun dekade yang cukup lama.
Ritzer telah mengajar dijurusan sosiologi
selam lebih dari 30 tahun dan telah menulis sejumlah besar buku kajian
sosiologi, dan mengajar sosiologi di seluruh dunia, namun tak satupun gelar
kesarjanaannya bukandibidang sisiologi. Keterbatasan latar belakang sosiologi
ini yang mendorongnya mempelajari sosiologi secara umum dan teori sosiologi
pada khususnya.
Upaya studi meta teori ini juga sekurangnya dalam satu hal dibantu oleh usaha
keras Ritzer untuk memahami teori sosiologi. Ritzer sendirimengatakan bahwa
dirinya tidak dididik menurut satu “aliran” khusus, Ritzer dalam mempelajari
teori sosiologi dengan hanya berbekal sedikit konsepsi dan bias. Dia menilai bahwa dirinya adalah
pelajar dari seluruh “aliran pemikiran”; yang memberikan
keuntungan bagi dia dalam memahami suatu karya teoritis seseorang.
Metateorisasi adalah
sebuah praktik yang sudah umum di bidang sosiologi. Sementara teoritisasi
sosiologi berupa memahami dunia social, methateorisasi
di dalam sosiologi berupaya untuk memahami teorisasi sosiologi.
Meneorisasikan praktik teorisasi juga terjadi dibidang akademik lain, namun hal
ini khususnya sudah lazim didalam
sosiologi.
B. Rmusan
Masalah
a.
Bagaimana
Biografi George Ritzer ?
b.
Apa
sajakah yang Menjadi karya-karya dari George Ritzer ?
c.
Bagaimanakah
Pemikiran Ritzer dalam Metatheoritisnya
?
d.
Apa
yang dimaksud dengan Sosiologi Sebagai ilmu Berpardigma Ganda ?
e.
Bagaimana
kritikan untuk pemikiran George Ritzer ?
C. Tujuan
Pembahasan
a.
Untuk
mengetahui Biografi George Ritzer ?
b.
Untuk
mengetahui karya-karya dari George Ritzer ?
c.
Untuk
mengetahui Pemikiran Ritzer dalam Metatheoritisnya
?
d.
Untuk
mengetahui Sosiologi Sebagai ilmu Berpardigma Ganda ?
e.
Untuk
mengetahui kritikan untuk pemikiran
George Ritzer ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi
George Ritzer
George Ritzer lahir
pada tahun 1940 di Born, Amerika Serikat. Dia adalah seorang sosilog Amerika,
Ritzer juga seorang Distinguished
University Professor di Universitas Maryland. Minat utamanya adalah teori
sosiologi dan sosiologi konsumsi. Ritzer pernah menjabat sebagai ketua American Sociological Association’s Section
on Theoritycal Sociology and
Organizations and Occupations.
Profesor Ritzer
juga seorang Distinguished
Scholar-Teacher di Maryland dan menerima Teaching Excellence Award. Dia menjabat sebagai UNESCO Chair in Social Theory di Akadeni
Sains Rusia, Fulbright-Hays Chair di
Universitas York di Kanada, dan Fulbright-
Hays Award Belanda, Ritzer juga seorang Scholar-in-Residence
di Netherland Institute for Advanced Studies dan Swedish Colegium for
Advanced Studies in the Social Sciences.
Ritzer telah
mengajar dijurusan sosiologi selam lebih dari 30 tahun dan telah menulis
sejumlah besar buku kajian sosiologi, dan mengajar sosiologi di seluruh dunia,
namun tak satupun gelar kesarjanaannya bukandibidang sisiologi. Keterbatasan
latar belakang sosiologi ini yang mendorongnya mempelajari sosiologi secara
umum dan teori sosiologi pada khususnya.
Upaya studi meta teori ini juga sekurangnya dalam
satu hal dibantu oleh usaha keras Ritzer untuk memahami teori sosiologi. Ritzer
sendiri mengatakan bahwa dirinya tidak dididik menurut satu “aliran” khusus,
Ritzer dalam mempelajari teori sosiologi dengan hanya berbekal sedikit konsepsi dan bias. Dia menilai bahwa dirinya
adalah pelajar dari seluruh “aliran pemikiran”; yang memberikan
keuntungan bagi dia dalam memahami suatu karya teoritis seseorang.
Karya metateoritis pertama Ritzer adalah Sociology:
A Multiple Paradigm Science (1975), tak hanya berupaya menyusun paradigm sosiologi yang terpisah-pisah dan sering bentrok -konflik- satu sama
lain itu tetapi juga mencoba membahas kemungkinan untuk menghubungkan, menjembatani, menyatukan dan menggunakan paradigma sosiologi yang beragam itu.
Merasa tak enak
dengan konflik paradigmatis itu, Ritzer ingin melihat
suasana yang lebih harmonis dan rukun dalam sosiologi. Hasrat itulah yang mendorong Ritzer menerbitkan buku Toward an Integrated Sociological Paradigm (1981); didalamnya Ritzer lebih memusatkan perhatian
sepenuhnya pada sebuah paradigma yang terintegrasi. Di tahun belakangan ini, minat terhadap penyelesaian konflik teoritis mendorong Ritzer memusatkan pada integrasi mikro-makro (1990) dan integrasi keagenan-struktur (1994) dengan bekerja sama dengan seorang ilmuan bernama Gindoff. Minat Ritzer terhadap karya metateoritis
dijelaskan oleh hasrat dia untuk memahami teori dengan lebih baik dan
untuk menyelesaikan konflik dalam teori sosiologi.
Dalam buku Metatheorizing
(1992) Ritzer mengemukakan perlunya studi sistematis atas teori
sosiologi. Ritzer percaya bahwa dengan banyak melakukan studi
itu untuk memahami teori dengan lebih baik, dapat menghasilkan teori
baru, dan perspektif teoritis yang lebih luas jangkauannya.studi
metateoritis juga berorientasi untuk menjernihkan masalah yang dipertengkarkan,
menyelesaikan perselisihan pendapat dan untuk menemukan peluang lebih
besar dalam mencapai sintesis dan integrasi. Setelah bertahun-tahun berusaha menerangkan sifat teori sosiologi, pada awal 1990-an Ritzer cemas terhadap abstraksi karya metateoritis, sehingga dia berusaha mengaplikasikan berbagai teori yang telah dia
pelajari kepada aspek-aspek konkret dari dunia sosial.
Ritzer pernah
sedikit melakukannya pada 1980-an, menerapkan teori Max Weber pada
rasionalisasi restoran fast-food (1983) dan profesi medis. Ritzer telah
nmerevisi esai rasionalisasi restoran fast-food tersebut, dan hasilnya adalah
nsebuah buku The McDonaldization Of Society (1993,1996, 2000)6, yang nmenyatakan bahwa sementara birokrasi menjadi paradigma rasionalisasi
formal di era Weber, yang menjadi model paradigma birokrasi dalam masyarakat
modern adalah restoran cepat saji.
Dalam Expressing
America: A Critique of the Global Credit Card Society (1995) Ritzer mengalihkan
perhatian pada fenomena ekonomi sehari-hari manusia, yang analisanya bukan dari
perspektif teori rasionalisasi, tetapi dari perspektif lain, termasuk ide
teoritis tentang uang dari George Simmel. Karya tentang restoran fast-food dan
kartu kredit telah membawa kesadaran pada diri Ritzer bahwa apa yang
sesungguhnya menjadi minat dia adalah sosiologi konsumsi, yang belum banyak
dikembangkan di Amerika Serikat, setidaknya jika dibandingkan dengan Great
Britain dan Negara Eropa lainnya. Hal ini menghasilkan Enchanting a
Disenchanted World: Revolutionizing the Means of Consumption (1999),
dimana Ritzer menggunakan teori Weberian-Marxian, dan teori post-modern untuk
menganalisa alat-alat konsumsi baru –superston, megamall, cybermall, televisi
home shopping, kasino, taman hiburan, kapal pesiar dan juga restoran fast-food,
dan wara laba lainnya- yang menjadi cara orang Amerika dan belahan dunia lain
mengkonsumsi barang dan jasa.
Capaian global dari
McDonald dan McDonaldisasi, kartu kredit, dan alat-alat konsumsi baru membawa
Ritzer minat pada globalisasi dan menghasilkan buku Globalization Of Nothing
(2004). Sementara dia tidak bisa mengesampingkan isu metateoritis, sehingga
baru-baru ini dia membahasnya, rencana Ritzer sekarang adalah melanjutkan
penggunaan teori untuk memikirkan dunia kontemporer, khususnya konsumsi dan
globalisasi.[1]
B. Karya-Karya
George Ritzer
Setelah melihat
perjalanan kehidupan George Ritzer dalam dunia akademiknya, dapat dipahami
bahwa kiprah Ritzer bisa diklasifikasikan menjadi dua: kiprah di dunia
intelektual dan kiprah pengabdian pada masyarakat. Pengabdian pada masyarakat
semata ia jalankan untuk membantu kita dalam memahami gejala globalisasi yang
telah menghilangkat sekat negara. Lebih dari itu, kiprahnya dalam dunia
keilmuan sangatlah besar. Sehingga tidak salah kalau sepanjang hidupnya, ia
banyak melahirkan karya-karya ilmiah.
Sepanjang karier
intelektualnya, George Ritzer telah banyak memberikan sumbangsih di dunia
Barat—terutama di Amerika—tentang wacana irrasionalitas atas rasionalitas
manusia. Kontribusi yang diberikannya antara lain:
1.
McDonaldization: The reader (ISBN 0761987673, 2002)
2.
Explorations in Social Theory: From Metatheorizing to Rationalization
(volume 1 of my collected works). London: Sage,2001.
3.
Explorations in the Sociology of Consumption: Fast Food Restaurants, Credit Cards and
Casinos: (volume 2 of my collected works). London: Sage, 2001.
4.
Enchanting a Disenchanted World: Revolutionizing the Means of Consumption.
Thousand Oaks, CA: Pine Forge Press, 1999. Spanish translation, Barcelona:
Editorial Ariel SA, 2000.
5.
Summarized in Peter Kivisto, Illuminating
Social Life: Classical and Contemporary Theory Revisited. Thousand Oaks,
CA: Pine Forge Press, 1998; 2001.
6.
Excerpted
in Margaret L. Anderson, Kim A. Logio and Howard F. Taylor, Understanding Society. Belmont, CA:
Wadsworth, 2001.
7.
The McDonaldization Thesis: Extensions and Explorations. London: terbit
tahun 1998.
8.
The McDonaldization of Society. Thousand Oaks, CA: Pine Forge Press, 1993;
1996 (revised edition); 2000 (New
Century Edition).
9.
Postmodern
Social Theory. New York: McGraw-Hill, 1997.
10. Sociological Theory, 5th edition.
McGraw-Hill, 2000.
11. Modern
Sociological Theory, 5th
edition. McGraw-Hill, 2000 and Classical
Sociological Theory, 3rd edition. New
York: McGraw-Hill, pada tahun 2000.
12. Contemporary Sociological Theory (and Its Classical
Roots): The Basics (McGraw-Hill, forthcoming, 2003)
13. Working: Conflict
and Change, 3rd edition (with David Walczak; first edition entitled Man and
His Work: Conflict and Change) Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall,
1986.
14. Sociological Beginnings. New York:
McGraw-Hill, 1994
Adapun Pekerjaan bidang akademik yang pernah
digelutinya :
1.
Distinguished
University Professor, University of Maryland dari tahun 2001 sampai sekarang.
2.
Visiting
Professor, Associazione per l'Istituzione della Libera Università Nuorese,
Sardinia, Italy dari tahun 2002 sampai sekang.
3.
Visiting
Professor, University of Bremen, Germany sejak tahun 2001.
4.
Visiting
Professor, University of Tampere, Finland pada tahun 1996
5.
Visiting
Exchange Professor, University of Surrey, England 1990
6.
Visiting
Professor, Shanghai University; Peking University 1988
7.
Visiting
Exchange Professor, University of, England tahun 1984
8.
Professor,
University of Maryland dari tahun 1974 sampai 2001
9.
Associate
Professor, University of Kansas tahun 1970 sampai 1974
10. Assistant Professor, Tulane University tahun
1968 hingga 1970
C. Pemikiran
George Ritzer
1.
Metatheori menurut George Ritzer
Metateorisasi adalah
sebuah praktik yang sudah umum di bidang sosiologi. Sementara teoritisasi
sosiologi berupa memahami dunia social, methateorisasi
di dalam sosiologi berupaya untuk memahami teorisasi sosiologi.
Meneorisasikan praktik teorisasi juga terjadi dibidang akademik lain, namun hal
ini khususnya sudah lazim didalam
sosiologi.
Awalan’ Meta’
mengandung arti setelah, mendekati, dan melewati, yang sering digunakan untuk mendeskripsikan studi tingkat
ke dua (McMullin,1970). Misalnya ‘S’ merupakan sebuah subjek studi. Studi ‘S’
merupakan studi tingkat pertama, S1; dan studi S1 merupakan studi tingkat
kedua, S2. Maka, studi tingkat kedua atau metastudi
adalah studi terhadap studi, yang mengatasi sekaligus melebihi studi
tingkat pertama.
Watak metastudi
yang mengatasi itu membutuhkan refleksifitas
tingkat tinggi yang terwujud dalam telaah-diri kritis oleh mereka yang terlibat
dalam studi tingkat pertama. tidak semua studi terhadap studi dapat digolongkan
kedalam kategori metastudi. S1
tertentu dapatmenjadi subjek logis untuk bidang seperti sejarah, kesusastraan,
logika, dan filsafat. Studi sejarah sosiologi, misalnya, tidak niscahya metasosiologis, sebab mungkin studi
tersebut tidak memiliki jenis refleksivitas
atau pemantauan-diri yang dibutuhkan metastudi.
Setiap studi tingkat pertama terdiri dari sekurang-kurangnya tiga unsur berikut
ini- (1)tujuan, (2)proses dan (3)produk.
Tujuan S1 adalah
mendefinisikan tujuan studi atau tipe pengetahuan yang harus diperoleh lewat
studi tersebut; proses S1 mengacu pada
cara untuk mencapai tujuan studi; dan produk
S1 meliputi segala sesuatu yang dihasilkan dari studi tersebut. Refleksivitas metastudi mencakup
pemantauan terus-menerus oleh para praktisi terhadap studi tingkat pertama
lewat telaah-diri (Self-examination)dan
pengarahan-diri (self-Direction).telaah-diri
membutuhkan (1) Penilaian empiris terhadap pencapaian (Produk)studi tingkat pertama dan (2) Evaluasi kritis terhadap
ketetapan maksud studi (tujuan)sekaligus
keefektipan sarana studi (Proses).
Hasil dari telaah tersebut bertindak sebagai dasar untuk pengarahan-diri
misalnya, untuk melanjutkan aktifitas penelitian yang terus menerus atau untuk
melakukan perubahan-perubahan yang memang perlu-pendekatanya, metastudi adalah pemantauan reflektif terhadap tujuan, proses, dan
produk studi tingkat pertama dalam bentuk telaah-diri dan pengarahan-diri oleh
para praktisi.
Jadi metastudi
adalah upaya normative yang bertujuan memaknai dan memberikan arah pada
studi-studi tingkat pertama. metasosiologi
adalah salah satu subtype metastudi,yang
terfokus pada aktifitas-aktifitas penelitian dibidang sosiologi.
Metateori
sosiologi adalah subdomain sosiologi yang bertujuan untuk menelaah
aktifitas-aktifitas penelitian dalam teorisiasi di dalam sosiologi. George
Ritzer (1988:188) mendefinisikan metateori
studi struktur dasar dalam teori sosiologi. Mengutip Goldner (1970:46),
Ritzer menyatakan bahwa metateori berkepentingan
untuk membahas tingkat sub teoritis “Infrastuktur” teori namun, tidak seperti
furplay Ritzer menolak upaya metateoritis untuk merumuskan prasyarat-prasyarat
untuk mengerjakan teori.Ritzer berpendapat, metateorisisasi
harus berpusat pada analisis reflektif terhadap
teori sosiologi yang masih ada, bukan merumuskan aturan-aturan a priori
untuk praktik teoritis.
Metateori menurut
Ritzer merupakan perkembangan baru dalam jajaran teori-teori sosiologi.
Metateori dimaknai sebagai kegiatan melakukan kajian refleksif terhadap teori-teori yang berkembang dalam sosiologi itu
sendiri. Beragam meta analisis dalam sosiologi disebut Ritzer dengan ”metasosiologi” yang dimaknai sebagai
studi refleksif atas struktur yang
mendasari sosiologi secara umum, serta berbagai komponen-komponen di dalamnya. Metasosiologi memasuki banyak bidang
yaitu wilayah substantif, konsep struktur, metode, data, dan teori-teori. Dalam
buku Ritzer ini, bagian appendiks,
hanya dibahas ”metateori” saja.
2. Autobiografi
Sebagai Alat Metatheoritis
Karya biografi dan auto
biografi berguna membantu kita dalam memahami karya teoritis sosiologi pada
umunya. Thomas hankin, sejarah ilmu menjelaskan sebagai berikut:
Biografi
lengkap seorang ilmuan, yang tak hanya meliputi kepribadian saja, tetapi juga
mengenai karya ilmiah dan konteks sosial dan intelektual di zamannya…masih
tetap menjadi cara yang terbaik untuk menemukan masalah yangmengelilingi
tulisan tentang sejarah ilmu
…ilmu di ciptakan oleh individu, tetapi banyak di antara karya ilmiah itu yang
di dorong oleh kekuatan dari luar, yang berpengaruh melalui ilmuan itu sendiri.
Biografi adalah lensa kesustraan,
dengan lensa ini kita dapat melihat proses penciptaan ilmu dengan cara yang
terbaik. (Hankins, 1979;14)
Apa yang di tegaskan oleh
Hankins mengenai ilmu pada umunya menjelaskan orientasi saya atas biografi
teoritis sosiologi, termasuk diri saya sendiri, guntingan auto biografi ini di
rencanakan untuk memberikan kesan bahwa biografi dapat di manfaatkan sebagai
alat untuk analisis metateoritis.
Peran seorang tokoh dalam kancah pengembangan dan perkembangan ilmu pengetahuan sangat berarti.
Ini menandai bahwa keilmuan secara dinamis berkembang melalui hasil “ijtihad” para tokoh. Mereka meluangkan waktu untuk berfikir dan
mengartikulasikan gagasangagasannya untuk kemudian disosialisasikan. Niatan utama
mereka adalah proses
kesinambungan pola pikir dan membentengi matinya pengetahuan. Salah satu tokoh kaliber dunia yang
mengkampanyekan bahaya globalisasi terhadap dunia pendidikan lewat teori “McDonaldisasi
pendidikan tinggi” adalah George Ritzer. Ia dikenang sebagai pencetus teori
McDonaldisasi, sebagai kritik atas kelemahan sistem global dalam mempengaruhi
pola pikir kehidupan manusia di berbagai belahan dunia. Sebagai figur yang
banyak mengkaji studi sosiologi dan makroekonomi, ia juga concern terhadap
pendidikan. Siapa semestinya dia dan bagaimana pemikirannya tentang pendidikan?
3. Metatheorizing
Dalam Sosiologi
Tak hanya sosiologi yang melahirkan
meta-analisi dalam arti membuat studi refleksi
dalam sosiologi. Pakar lain yang melakukannya antara lain filsuf
(Radnitzky, 1973),psikologi (Gerven, 1973,1986; Schmidt, et.al,1984), ilmuan
politik (Connolly, 1986) dan sejarawan (white, 1973).
Diluar fakta bahwa meta-analis ditemukan juga
dibidang ilmu lain, berbagai jenis sosiolog, tak hanya pakar metateori saja,
juga melakukan analisis serupa (zhao, 1991). Kita dapat mengelompokan berbagai
tipe meta-analisis dalam sosiologi dibawah judul Metasosiologi yang dapat didefinisikan sebagai Studi Refleksi tantang Struktur yang melandasi sosiologi pada umumnya
dan struktur yang melandasi pada umumnya-subtantif area (misalnya, tinjauan
umum hall 1983 tentang pekerjaan), konsep-konsep (analisi konsep “Struktur”
dari rebinstein 1986), metode (metametode,
contohnya upaya Brewer dan Hunter 1989), data (meta-data-analisi; contoh nya
fredlich,1984; Hunter, Schimidt, dan Jakson, 1982; polit dan Pablo, 1987; Wolf,
1986), dan teori-teori. Metateori inilah yang menjadikan sasaran ritzer atau
sosiolog .
Yang membedakan karya dalam metateori ini
bukanlah proses studinya, tetapi sifat produk akhirnya. Ada tiga tipe metatheorizing yang sebagian besar
dibedakan dalam produk akhir (Ritzer,1991a,1991b,1991c,1992b,1992c). seperti :
1.
Tipe Metatheorizing sebagai alat untuk
mencapai pemahaman lebih dalam tentang teori (Mu).
Meliputi studi tentang teori untuk menghasikan pemahan lebih baik, serta
lebih mendalam tentang teori yang ada (ritzer, 1988). Mu lebih memusatkan
perhatian khusus pada studi tentang teori, teoritisi, dan komunitas teoritisi,
serta juga pada konteks social dan intelektual lebih luasdari teori dan
teoritisi.
2.
Tipe Metatheorizing sebagai Prelude pengembangan teori (Mp).
Yang memerlukan studi tentang teori yang ada untuk menciptakan teori
sosiologi baru.
3.
Tipe Metatheorizing sebagai sumber Persfektif yang melandasi teori
sosiologi (Mo).
Studi
teori diarahkan pada tujuan untuk menciptakan sebuah Persfektif, orang dapat menyebut Metatheori yang melandasi sebagian atau seluruh teori
sosiologi.(jenis metatheori inilah
yang memberikan kerangka yang digunakan dalam menyusun buku teori sosiologi modern ini).
Tipe Pertama (Mu),
terdiri dari empat subtipe utama, yang
keseluruhanya meliputi studi teori sosiologi baik forman maupun informal yang
bertujan untuk mencapai pemahaman yang lebih mendalam. Dimana empat subtype itu
adalah :
a.
Subtipe Internal-intelektual, memusatkan perhatian pada masalah intelektual
atau kognitif, yang menjadi bagian
dalam sosiologi. Termasuk didalamnya adalah upanya mengenali atau menganalisi
paradigma kongnitif utamanya (Ritzer,
1975a,1975b,).
b. Subtipe
Internal-Social, juga
melihat dalam sosiologi, tetapi lebih memusatkan perhatian pada factor social
ketimbang factor kognitif. Pendekatan utamanya disini menekankan pada aspek
komunal dari berbagai jenis teori sosiologi dan termasuk didalamnya upaya untuk
mengenali “aliran utama” dalam sejarah sosiologi (Blumer,1984,198).
c.
Subtipe Ekternal –intelektual, memusatkan perhatian pada gagasan,
peralatan,konsep, dan teori dari bidang ilmu lain yang dapat digunakan dalam
menganalisis teori sosiologi (contohnya; Brown, 1987,1990a). Barker (1993),
mengkaji implikasi teori Chaos untuk
teori sosiologi, yang berakar dalam fisika.
belakangan ini, Bailey menyatakan bahwa meski
perhatian ekplist terhadap metatheori masih tergolong baru dalam
sosiologi, namun; teori system umum telah sejaklama di tandai oleh penyebaran metatheorizing secara luas “(1994; 27).
d. Subtipe
Pendekatan Ekternal-Social, bergeser ketingkat lebih makro untuk melihat masyarakat lebih luas
(lingkungan nasional, Sosio-cultural, dsb)
dan melihat sifat pengaruhnya terhadap teori sosiologi (contohnya vidich dan
lyman, 1985).
Upaya metatheorizing
khusus tentu saja dapat menggabungkan dua atau lebih tipe (Mu). Sebagai
contoh, belakangan ini Jaworski telah menunjukan
bagaimana buku Luwis Alfred Coser , 1956, Fungcional
of social conflict, berisi pernyataan yang didasarkan atas pengalaman
sejarah dan pengalaman pribadi yang sangat mendalam (1991:116). jadi, jaworski
menghubungkan pengaruh keluarganya (Internal-sosial) dan pengaruh berkuasanya
Hitler di Jerman (Ekternal-sosial) terhadap kehidupan dan karya coser. Biasanya
metatheorizing dalam sosiologi tak
tergolong subtype Mu, tetapi kebanyakan tergolong pada subtype kedua yakni.
Tipe kedua, Metatheorizing Sebagai pendahulu pembagunan teori Sosiologi
(Mp). Sebagaian besar teoritisi sosiologi klasik dan kontemporer yang sangat
berpengaruh,membangun teori mereka, setidaknya sebagian, berdasarkan studi yang
hati-hati tentang reaksi terhadap karya teoritis orang lain, diantara contoh
yang terpenting adalah contoh tentang teori kapitalisme dari Marx yang
dikembangkanya berdasarkan hasil sistematis atas filsafat Hegelian dan gagasan
lain seperti ekonomi politik dan sosialisme utopia.
Serta teori tindakanya parson dibangun
berdasarkan studi sistematis atas karya Durkheim, Weber,Pareto, dan marshall.
Teori Neofungsional multidimensional Alexander
berdasarkan studi sangat rinciatas karya Marx,Weber,Durkheim,dan Parson. Lalu
teori komunikasi Hebermas, berdasarkan hasil penelitianya yang mendalam atas
berbagai karya teoritis kritis maupun atas karya Marx,weber, Parson,Mead, dan
Durkheim.
Tipe Ketiga, Melakuakan
studi teori untuk menciptakan persfektif baru (Mo). Contoh teoritisi yang
mempraktikan Mo dalam arti melakuakan
studi teori untuk menciptakan persfektif baru, seperti; Wallace dengan “Matrixs
Disipliner”(1988), Ritzer dengan Integrated
Sociological Paradigma (1979,1981a), Furfey dengan positivistic metasociology-nya (1953/1965), Gross dengan Neodialectikal metasosiology (1961).
Sejumlah teoritisi (Bourdieu dan Wacquant,1992; Emirbayer,1997; Ritzer dan
gindoff, 1992,1994) telah dilibatkan dalam menciptakan apa yang disebut Ritzer
dan Gindoff disebut sebagai “Hubungan Metodologis” (methosological relaitionisme), yakni sebagai pelengkap bagi
persfektif tentang ‘individualisme Methodologis’.[2]
D. Sosiologi sebagai
Ilmu Berparadigma Ganda
Ritzer menemukan bahwa ada tiga paradigma
besar dalam disiplin sosiologi yakni paradigma fakta sosial, definisi
sosial, dan perilaku sosial. Paradigma fakta sosial memusatkan
perhatiannya pada fakta-fakta atau struktur dan institusi sosial
berskala makro. Model yang digunakan teoritisi fakta sosial adalah karya
Emile Durkheim, terutama dari buku The
Rules of Sociological Method dan Suicide.
Dalam buku ini, Durkheim menyebut bahwa fakta
sosial terdiri atas struktur sosial dan pranata sosial. August Comte sebagai
pencetus positivismedalam ilmu-ilmu sosial memberi pengaruh pokok dalam
berkembangnya paradigma ini. Penganut paradigma fakta sosial menggunakan metode
wawancara dan analisis komparatif historis dalam riset-risetnya.
Paradigma kedua adalah paradigma definisi sosial. Paradigma ini bersumber dari pemikiran
Max Weber tentang tindakan sosial (social action). Pokok perhatian sosiologi menurut Weber adalah
bagaimana memahami tindakan-tindakan sosial dalam masyarakat, yang disebut
dengan “tindakan yang bermakna”. Sosiolog mempelajari tindakan sosial dengan
menggunakan metode observasi dengan melakukan penafsiran dan pemahaman terhadap
data dan informasi. Beberapa teori yang tergolong dalam pradigma ini adalah
teori tindakan, teori fenomenologis, interaksionalisme simbolis, etnometodologi dan eksistensialisme.[3]
Terakhir, paradigma perilaku sosial dengan acuan pada psikolog B. F. Skiner. Teori
behavioral dan teori pertukaran merupakan pendukung utama paradigma ini.
Sosiologi pada paradigma ini menekuni perilaku individu yang tak terpikirkan
oleh individu bersangkutan. Berbeda dengan dua paradigma yang lain, metode yang
diterapkan adalah metode eksperimen.
No
|
Paradigma
|
Gambaran
dasar pokok permasalahan
|
Teori
|
Metode
|
Eksemplar
|
1
|
FAKTA
SOSIAL
|
Obyek :
1.
Eksternal
2.
Memaksa
3.
Umum
4.
Riil
|
Struktural
fungsional dan Konflik
|
Metode
Survei dengan Kuesioner dan wawancara
|
Emile Durkheim :
The
Rules of Sociological Method, Suicide
|
2
|
DEFINISI
SOSIAL
|
Subyek :
1.
Internal
2.
Bebas
3.
khusus
|
1.Tindakan (Weber,Parsons), 2.Interaksionalismesimbolik (Weber,Mead, Cooley, Blumer dll) 3.Sosiologi Fenomenologi (Weber,
Schutz, Garfinkel)
|
Pengamatan, verstehen dan Kualitatif
|
Max Weber :
Tindakan
Sosial
|
3.
|
PERILAKU
SOSIAL
|
Perilaku manusia deterministik : penghargaan
dan hukuman
|
Perilaku (Burger&Bushell,Homans)
|
Eksperimen
|
B.F.Skinner :
Perilaku
Sosial
|
E.
Kritikan terhadap pemikiran Ritzer
Penempatan
perspektif konflik dalam paradigma yang sama dengan structur fungsional oleh Ritzer adalah sasaran kritik sosiolog lain
seperti WSallker, Jaworski dan Schimzt. Struktural konflik yang mengasumsikan
bahwa masyarakat senantiasa dalam konflik –menuju perubahan- berlawanan dengan
struktural fungsional –yang mengasumsikan masyarakat terdiri dari
substruktur-substruktur dengan fungsinya masing-masing yang saling terkait dan
aktif, dan senantiasa membawa masyarakat menuju keseimbangan.
Pendekatan
konflik lebih menekankan pada pertentangan dan perubahan sosial, sementara
struktural-fungsional pada stabilitas. Kelemahan meta teori Ritzer bermula dari pengabaian terhadap gejolak filsafat
ilmu di abad ke-20. Pengabaian inilah yang menyebabkan adanya kontradiksi antar
teori dalam satu paradigma, dan di sisi lain, menempatkan secara terpisah antar
teori yang berakar pada filsafat yang sama, misalnya; antara fungsionalisme
dengan teori pertukaran. Selain itu, paradigma integratif sebagai ‘konsensus’ antar paradigma, atau sebagai
paradigma yang lebih lengkap –sehingga lebih akurat sebagai perspektif
sosiologi- patut diperdebatkan.
Merumuskan
teori berparadigma integratif sama halnya memaksakan berbagai aliran untuk
bersepakat. Tentu hal ini mendistorsi teori-teori yang ada, dari berbagai
paradigma. Karena itu, lebih tepat menempatkan paradigma integratif ini sebagai
paradigma tersendiri yang berbeda dengan paradigma-paradigma sebelumnya. Atau,
menempatkan sebagai paradigma ke-empat setelah; paradigma fakta sosial,
paradigma definisi sosial, dan paradigma perilaku sosial.
Menurut
Walker, Metateori Ritzer tak mampu
menampung tumbuhnya berbagai teori alternatif baru dewasa ini. Kemunculan
teori-teori kritis –dengan ragam alirannya, tak mampu ditampung dalam kerangka
metateori Ritzer. Karena itu, pemetaan Ritzer tak lagi tepat untuk
menggambarkan perkembangan teori saat ini. Kemunculan teori kritis juga semakin
menampakkan bahwa pendekatan tripartit (konflik, struktural-fungsional, dan
interaksi sombolik) tak lagi relevan.[4]
BAB III
KESIMPULAN
George Ritzer
·
Lahir : pada tahun 1940 di Born, Amerika Serikat. Dia adalah seorang sosilog
Amerika, Ritzer juga seorang Distinguished
University Professor di Universitas Maryland. Minat utamanya adalah teori
sosiologi dan sosiologi konsumsi. Ritzer pernah menjabat sebagai ketua American Sociological Association’s Section
on Theoritycal Sociology and
Organizations and Occupations.
·
Dipengaruhi : Thomas
Khun, Durkheim, Weber, Kalr Marx, Pierre Bourdieu
·
Karya : Modern Sociological Theory,
5th edition. McGraw-Hill, 2000 and Classical
Sociological Theory, 3rd edition. New York: McGraw-Hill, pada tahun
2000.dll
·
Metateorisasi : adalah sebuah praktik yang sudah umum di
bidang sosiologi. Sementara teoritisasi sosiologi berupa memahami dunia social,
methateorisasi di dalam sosiologi
berupaya untuk memahami teorisasi sosiologi.
·
Metateori
sosiologi : adalah subdomain
sosiologi yang bertujuan untuk menelaah aktifitas-aktifitas penelitian dalam
teorisiasi di dalam sosiologi. George Ritzer (1988:188) mendefinisikan metateori studi struktur dasar dalam
teori sosiologi. Mengutip Goldner (1970:46), Ritzer menyatakan bahwa metateori berkepentingan untuk membahas
tingkat sub teoritis “Infrastuktur” teori namun, tidak seperti furplay Ritzer
menolak upaya metateoritis untuk merumuskan prasyarat-prasyarat untuk
mengerjakan teori.
·
Tiga tipe Metatheorizing : Ada tiga tipe metatheorizing yang sebagian besar dibedakan dalam produk akhir
seperti 1. Metatheorizing sebagai
alat untuk mencapai pemahaman lebih dalam tentang teori (Mu) 2. Metatheorizing sebagai Prelude pengembangan teori (Mp). Tipe Metatheorizing sebagai sumber Persfektif yang melandasi teori
sosiologi (Mo).
Daftar Pustaka
Ritzer, George dan Barry Smart. Handbook Teori Sosial. 2011. Bandung: Nusa Media.
Ritzer, George - Douglas J.Goodman, Teori Sosiologi Modern cetakan ke-6.2010 ,Jakarta : Kencana Prenada
media group.
Ritzer, George. Sosiologi - Ilmu Berparadigma Ganda, 1985. Jakarta : Rajawali Pers.
Zeitlin,
Irving M, Memahami Kembali Sosiologi, Kritik Terhadap Sosiologi Kontemporer, 2002 Yogyakarta:
Gadjah pustaka
No comments:
Post a Comment