Monday, March 17, 2014

George Ritzer (Metatheori)

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam paparan awalnya George Ritzer menggambarkan dan menjelaskan tentang asal-usul lahirnya sebuah ilmu sosiologi. Dimana George Ritzer menerangkan sejarah lahir dan terbentuknya cabang ilmu ini mulai pemisahan diri dari filsafat positif hingga memiliki nilai empiris bahkan terbentuknya paradigma sosiologi. Thomas Kuhn sebagai penggagas konsep tentang istilah pertamakali paradigma menempati posisi sentral ditengah perkembangan sosiologi hingga menempati kurun dekade yang cukup lama.
Ritzer telah mengajar dijurusan sosiologi selam lebih dari 30 tahun dan telah menulis sejumlah besar buku kajian sosiologi, dan mengajar sosiologi di seluruh dunia, namun tak satupun gelar kesarjanaannya bukandibidang sisiologi. Keterbatasan latar belakang sosiologi ini yang mendorongnya mempelajari sosiologi secara umum dan teori sosiologi pada khususnya.
Upaya studi meta teori ini juga sekurangnya dalam satu hal dibantu oleh usaha keras Ritzer untuk memahami teori sosiologi. Ritzer sendirimengatakan bahwa dirinya tidak dididik menurut satu “aliran” khusus, Ritzer dalam mempelajari teori sosiologi dengan hanya berbekal sedikit konsepsi dan bias. Dia menilai bahwa dirinya adalah pelajar dari seluruh “aliran pemikiran”; yang memberikan keuntungan bagi dia dalam memahami suatu karya teoritis seseorang.
Metateorisasi adalah sebuah praktik yang sudah umum di bidang sosiologi. Sementara teoritisasi sosiologi berupa memahami dunia social, methateorisasi di dalam sosiologi berupaya untuk memahami teorisasi sosiologi. Meneorisasikan praktik teorisasi juga terjadi dibidang akademik lain, namun hal ini khususnya sudah lazim  didalam sosiologi.
B.     Rmusan Masalah

a.       Bagaimana Biografi George Ritzer ?
b.      Apa sajakah yang Menjadi karya-karya dari George Ritzer ?
c.       Bagaimanakah Pemikiran Ritzer dalam Metatheoritisnya ?
d.      Apa yang dimaksud dengan Sosiologi Sebagai ilmu Berpardigma Ganda ?
e.       Bagaimana kritikan untuk  pemikiran George Ritzer ?

C.    Tujuan Pembahasan

a.       Untuk mengetahui Biografi George Ritzer ?
b.      Untuk mengetahui karya-karya dari George Ritzer ?
c.       Untuk mengetahui Pemikiran Ritzer dalam Metatheoritisnya ?
d.      Untuk mengetahui Sosiologi Sebagai ilmu Berpardigma Ganda ?
e.       Untuk mengetahui kritikan untuk  pemikiran George Ritzer ?




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Biografi George Ritzer
George Ritzer lahir pada tahun 1940 di Born, Amerika Serikat. Dia adalah seorang sosilog Amerika, Ritzer juga seorang Distinguished University Professor di Universitas Maryland. Minat utamanya adalah teori sosiologi dan sosiologi konsumsi. Ritzer pernah menjabat sebagai ketua American Sociological Association’s Section on Theoritycal Sociology and Organizations and Occupations.
Profesor Ritzer juga seorang Distinguished Scholar-Teacher di Maryland dan menerima Teaching Excellence Award. Dia menjabat sebagai UNESCO Chair in Social Theory di Akadeni Sains Rusia, Fulbright-Hays Chair di Universitas York di Kanada, dan Fulbright- Hays Award Belanda, Ritzer juga seorang Scholar-in-Residence di Netherland Institute for Advanced Studies dan Swedish Colegium for Advanced Studies in the Social Sciences.
Ritzer telah mengajar dijurusan sosiologi selam lebih dari 30 tahun dan telah menulis sejumlah besar buku kajian sosiologi, dan mengajar sosiologi di seluruh dunia, namun tak satupun gelar kesarjanaannya bukandibidang sisiologi. Keterbatasan latar belakang sosiologi ini yang mendorongnya mempelajari sosiologi secara umum dan teori sosiologi pada khususnya.
Upaya studi meta teori ini juga sekurangnya dalam satu hal dibantu oleh usaha keras Ritzer untuk memahami teori sosiologi. Ritzer sendiri mengatakan bahwa dirinya tidak dididik menurut satu “aliran” khusus, Ritzer dalam mempelajari teori sosiologi dengan hanya berbekal sedikit konsepsi dan bias. Dia menilai bahwa dirinya adalah pelajar dari seluruh “aliran pemikiran”; yang memberikan keuntungan bagi dia dalam memahami suatu karya teoritis seseorang.
Karya metateoritis pertama Ritzer adalah Sociology: A Multiple Paradigm Science (1975), tak hanya berupaya menyusun paradigm sosiologi yang terpisah-pisah dan sering bentrok -konflik- satu sama lain itu tetapi juga mencoba membahas kemungkinan untuk menghubungkan, menjembatani, menyatukan dan menggunakan paradigma sosiologi yang beragam itu.
Merasa tak enak dengan konflik paradigmatis itu, Ritzer ingin melihat suasana yang lebih harmonis dan rukun dalam sosiologi. Hasrat itulah yang mendorong Ritzer menerbitkan buku Toward an Integrated Sociological Paradigm (1981); didalamnya Ritzer lebih memusatkan perhatian sepenuhnya pada sebuah paradigma yang terintegrasi. Di tahun belakangan ini, minat terhadap penyelesaian konflik teoritis mendorong Ritzer memusatkan pada integrasi mikro-makro (1990) dan integrasi keagenan-struktur (1994) dengan bekerja sama dengan seorang ilmuan bernama Gindoff. Minat Ritzer terhadap karya metateoritis dijelaskan oleh hasrat dia untuk memahami teori dengan lebih baik dan untuk menyelesaikan konflik dalam teori sosiologi.
Dalam buku Metatheorizing (1992) Ritzer mengemukakan perlunya studi sistematis atas teori sosiologi. Ritzer percaya bahwa dengan banyak melakukan studi itu untuk memahami teori dengan lebih baik, dapat menghasilkan teori baru, dan perspektif teoritis yang lebih luas jangkauannya.studi metateoritis juga berorientasi untuk menjernihkan masalah yang dipertengkarkan, menyelesaikan perselisihan pendapat dan untuk menemukan peluang lebih besar dalam mencapai sintesis dan integrasi. Setelah bertahun-tahun berusaha menerangkan sifat teori sosiologi, pada awal 1990-an Ritzer cemas terhadap abstraksi karya metateoritis, sehingga dia berusaha mengaplikasikan berbagai teori yang telah dia pelajari kepada aspek-aspek konkret dari dunia sosial.
Ritzer pernah sedikit melakukannya pada 1980-an, menerapkan teori Max Weber pada rasionalisasi restoran fast-food (1983) dan profesi medis. Ritzer telah nmerevisi esai rasionalisasi restoran fast-food tersebut, dan hasilnya adalah nsebuah buku The McDonaldization Of Society (1993,1996, 2000)6, yang nmenyatakan bahwa sementara birokrasi menjadi paradigma rasionalisasi formal di era Weber, yang menjadi model paradigma birokrasi dalam masyarakat modern adalah restoran cepat saji.
Dalam Expressing America: A Critique of the Global Credit Card Society (1995) Ritzer mengalihkan perhatian pada fenomena ekonomi sehari-hari manusia, yang analisanya bukan dari perspektif teori rasionalisasi, tetapi dari perspektif lain, termasuk ide teoritis tentang uang dari George Simmel. Karya tentang restoran fast-food dan kartu kredit telah membawa kesadaran pada diri Ritzer bahwa apa yang sesungguhnya menjadi minat dia adalah sosiologi konsumsi, yang belum banyak dikembangkan di Amerika Serikat, setidaknya jika dibandingkan dengan Great Britain dan Negara Eropa lainnya. Hal ini menghasilkan Enchanting a Disenchanted World: Revolutionizing the Means of Consumption (1999), dimana Ritzer menggunakan teori Weberian-Marxian, dan teori post-modern untuk menganalisa alat-alat konsumsi baru –superston, megamall, cybermall, televisi home shopping, kasino, taman hiburan, kapal pesiar dan juga restoran fast-food, dan wara laba lainnya- yang menjadi cara orang Amerika dan belahan dunia lain mengkonsumsi barang dan jasa. 
Capaian global dari McDonald dan McDonaldisasi, kartu kredit, dan alat-alat konsumsi baru membawa Ritzer minat pada globalisasi dan menghasilkan buku Globalization Of Nothing (2004). Sementara dia tidak bisa mengesampingkan isu metateoritis, sehingga baru-baru ini dia membahasnya, rencana Ritzer sekarang adalah melanjutkan penggunaan teori untuk memikirkan dunia kontemporer, khususnya konsumsi dan globalisasi.[1]

B.     Karya-Karya George Ritzer
Setelah melihat perjalanan kehidupan George Ritzer dalam dunia akademiknya, dapat dipahami bahwa kiprah Ritzer bisa diklasifikasikan menjadi dua: kiprah di dunia intelektual dan kiprah pengabdian pada masyarakat. Pengabdian pada masyarakat semata ia jalankan untuk membantu kita dalam memahami gejala globalisasi yang telah menghilangkat sekat negara. Lebih dari itu, kiprahnya dalam dunia keilmuan sangatlah besar. Sehingga tidak salah kalau sepanjang hidupnya, ia banyak melahirkan karya-karya ilmiah.
Sepanjang karier intelektualnya, George Ritzer telah banyak memberikan sumbangsih di dunia Barat—terutama di Amerika—tentang wacana irrasionalitas atas rasionalitas manusia. Kontribusi yang diberikannya antara lain:

1.      McDonaldization: The reader (ISBN 0761987673, 2002)
2.      Explorations in Social Theory: From Metatheorizing to Rationalization (volume 1 of my collected works). London: Sage,2001.
3.      Explorations in the Sociology of Consumption: Fast Food Restaurants, Credit Cards and Casinos: (volume 2 of my collected works). London: Sage, 2001.
4.      Enchanting a Disenchanted World: Revolutionizing the Means of Consumption. Thousand Oaks, CA: Pine Forge Press, 1999. Spanish translation, Barcelona: Editorial Ariel SA, 2000.
5.      Summarized in Peter Kivisto, Illuminating Social Life: Classical and Contemporary Theory Revisited. Thousand Oaks, CA: Pine Forge Press, 1998; 2001.
6.      Excerpted in Margaret L. Anderson, Kim A. Logio and Howard F. Taylor, Understanding Society. Belmont, CA: Wadsworth, 2001.
7.      The McDonaldization Thesis: Extensions and Explorations. London: terbit tahun 1998.
8.      The McDonaldization of Society. Thousand Oaks, CA: Pine Forge Press, 1993; 1996 (revised        edition); 2000 (New Century Edition).
9.      Postmodern Social Theory. New York: McGraw-Hill, 1997.
10.  Sociological Theory, 5th edition. McGraw-Hill, 2000.
11.  Modern Sociological Theory, 5th edition. McGraw-Hill, 2000 and Classical Sociological Theory, 3rd edition. New York: McGraw-Hill, pada tahun 2000.
12.  Contemporary Sociological Theory (and Its Classical Roots): The Basics (McGraw-Hill, forthcoming, 2003)
13.  Working: Conflict and Change, 3rd edition (with David Walczak; first edition entitled Man and His Work: Conflict and Change) Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, 1986.
14.  Sociological Beginnings. New York: McGraw-Hill, 1994

Adapun Pekerjaan bidang akademik yang pernah digelutinya :

1.      Distinguished University Professor, University of Maryland dari tahun 2001 sampai sekarang.
2.      Visiting Professor, Associazione per l'Istituzione della Libera Università Nuorese, Sardinia, Italy dari tahun 2002 sampai sekang.
3.      Visiting Professor, University of Bremen, Germany sejak tahun 2001.
4.      Visiting Professor, University of Tampere, Finland pada tahun 1996
5.      Visiting Exchange Professor, University of Surrey, England 1990
6.      Visiting Professor, Shanghai University; Peking University 1988
7.      Visiting Exchange Professor, University of, England tahun 1984
8.      Professor, University of Maryland dari tahun 1974 sampai 2001
9.      Associate Professor, University of Kansas tahun 1970 sampai 1974
10.  Assistant Professor, Tulane University tahun 1968 hingga 1970

C.    Pemikiran George Ritzer

1.      Metatheori  menurut George Ritzer
Metateorisasi adalah sebuah praktik yang sudah umum di bidang sosiologi. Sementara teoritisasi sosiologi berupa memahami dunia social, methateorisasi di dalam sosiologi berupaya untuk memahami teorisasi sosiologi. Meneorisasikan praktik teorisasi juga terjadi dibidang akademik lain, namun hal ini khususnya sudah lazim  didalam sosiologi.
Awalan’ Meta’ mengandung arti setelah, mendekati, dan melewati, yang sering digunakan untuk mendeskripsikan studi tingkat ke dua (McMullin,1970). Misalnya ‘S’ merupakan sebuah subjek studi. Studi ‘S’ merupakan studi tingkat pertama, S1; dan studi S1 merupakan studi tingkat kedua, S2. Maka, studi tingkat kedua atau metastudi adalah studi terhadap studi, yang mengatasi sekaligus melebihi studi tingkat pertama.
Watak metastudi yang mengatasi itu membutuhkan refleksifitas tingkat tinggi yang terwujud dalam telaah-diri kritis oleh mereka yang terlibat dalam studi tingkat pertama. tidak semua studi terhadap studi dapat digolongkan kedalam kategori metastudi. S1 tertentu dapatmenjadi subjek logis untuk bidang seperti sejarah, kesusastraan, logika, dan filsafat. Studi sejarah sosiologi, misalnya, tidak niscahya metasosiologis, sebab mungkin studi tersebut tidak memiliki jenis refleksivitas atau pemantauan-diri yang dibutuhkan metastudi. Setiap studi tingkat pertama terdiri dari sekurang-kurangnya tiga unsur berikut ini- (1)tujuan, (2)proses dan (3)produk.
Tujuan S1 adalah mendefinisikan tujuan studi atau tipe pengetahuan yang harus diperoleh lewat studi tersebut; proses S1 mengacu pada cara untuk mencapai tujuan studi; dan produk S1 meliputi segala sesuatu yang dihasilkan dari studi tersebut. Refleksivitas metastudi mencakup pemantauan terus-menerus oleh para praktisi terhadap studi tingkat pertama lewat telaah-diri (Self-examination)dan pengarahan-diri (self-Direction).telaah-diri membutuhkan (1) Penilaian empiris terhadap pencapaian (Produk)studi tingkat pertama dan (2) Evaluasi kritis terhadap ketetapan maksud studi (tujuan)sekaligus keefektipan sarana studi (Proses). Hasil dari telaah tersebut bertindak sebagai dasar untuk pengarahan-diri misalnya, untuk melanjutkan aktifitas penelitian yang terus menerus atau untuk melakukan perubahan-perubahan yang memang perlu-pendekatanya, metastudi adalah pemantauan reflektif terhadap tujuan, proses, dan produk studi tingkat pertama dalam bentuk telaah-diri dan pengarahan-diri oleh para praktisi.
Jadi metastudi adalah upaya normative yang bertujuan memaknai dan memberikan arah pada studi-studi tingkat pertama. metasosiologi adalah salah satu subtype metastudi,yang terfokus pada aktifitas-aktifitas penelitian dibidang sosiologi.
Metateori sosiologi adalah subdomain sosiologi yang bertujuan untuk menelaah aktifitas-aktifitas penelitian dalam teorisiasi di dalam sosiologi. George Ritzer (1988:188) mendefinisikan metateori studi struktur dasar dalam teori sosiologi. Mengutip Goldner (1970:46), Ritzer menyatakan bahwa metateori berkepentingan untuk membahas tingkat sub teoritis “Infrastuktur” teori namun, tidak seperti furplay Ritzer menolak upaya metateoritis untuk merumuskan prasyarat-prasyarat untuk mengerjakan teori.Ritzer berpendapat, metateorisisasi harus berpusat pada analisis reflektif terhadap teori sosiologi yang masih ada, bukan merumuskan aturan-aturan a priori untuk praktik teoritis.
Metateori menurut Ritzer merupakan perkembangan baru dalam jajaran teori-teori sosiologi. Metateori dimaknai sebagai kegiatan melakukan kajian refleksif terhadap teori-teori yang berkembang dalam sosiologi itu sendiri. Beragam meta analisis dalam sosiologi disebut Ritzer dengan ”metasosiologi” yang dimaknai sebagai studi refleksif atas struktur yang mendasari sosiologi secara umum, serta berbagai komponen-komponen di dalamnya. Metasosiologi memasuki banyak bidang yaitu wilayah substantif, konsep struktur, metode, data, dan teori-teori. Dalam buku Ritzer ini, bagian appendiks, hanya dibahas ”metateori” saja.
2.      Autobiografi Sebagai Alat Metatheoritis
Karya biografi dan auto biografi berguna membantu kita dalam memahami karya teoritis sosiologi pada umunya. Thomas hankin, sejarah ilmu menjelaskan sebagai berikut:
Biografi lengkap seorang ilmuan, yang tak hanya meliputi kepribadian saja, tetapi juga mengenai karya ilmiah dan konteks sosial dan intelektual di zamannya…masih tetap menjadi cara yang terbaik untuk menemukan masalah yangmengelilingi tulisan tentang          sejarah ilmu …ilmu di ciptakan oleh individu, tetapi banyak di antara karya ilmiah itu yang di dorong oleh kekuatan dari luar, yang berpengaruh melalui ilmuan itu sendiri.       Biografi adalah lensa kesustraan, dengan lensa ini kita dapat melihat proses penciptaan ilmu dengan cara yang terbaik. (Hankins, 1979;14)
Apa yang di tegaskan oleh Hankins mengenai ilmu pada umunya menjelaskan orientasi saya atas biografi teoritis sosiologi, termasuk diri saya sendiri, guntingan auto biografi ini di rencanakan untuk memberikan kesan bahwa biografi dapat di manfaatkan sebagai alat untuk analisis metateoritis.
Peran seorang tokoh dalam kancah pengembangan dan perkembangan ilmu pengetahuan sangat berarti. Ini menandai bahwa keilmuan secara dinamis berkembang melalui hasil “ijtihad” para tokoh. Mereka meluangkan waktu untuk berfikir dan mengartikulasikan gagasangagasannya untuk kemudian disosialisasikan. Niatan utama mereka adalah proses kesinambungan pola pikir dan membentengi matinya pengetahuan. Salah satu tokoh kaliber dunia yang mengkampanyekan bahaya globalisasi terhadap dunia pendidikan lewat teori “McDonaldisasi pendidikan tinggi” adalah George Ritzer. Ia dikenang sebagai pencetus teori McDonaldisasi, sebagai kritik atas kelemahan sistem global dalam mempengaruhi pola pikir kehidupan manusia di berbagai belahan dunia. Sebagai figur yang banyak mengkaji studi sosiologi dan makroekonomi, ia juga concern terhadap pendidikan. Siapa semestinya dia dan bagaimana pemikirannya tentang pendidikan?

3.      Metatheorizing Dalam Sosiologi
Tak hanya sosiologi yang melahirkan meta-analisi dalam arti membuat studi refleksi dalam sosiologi. Pakar lain yang melakukannya antara lain filsuf (Radnitzky, 1973),psikologi (Gerven, 1973,1986; Schmidt, et.al,1984), ilmuan politik (Connolly, 1986) dan sejarawan (white, 1973).
Diluar fakta bahwa meta-analis ditemukan juga dibidang ilmu lain, berbagai jenis sosiolog, tak hanya pakar metateori saja, juga melakukan analisis serupa (zhao, 1991). Kita dapat mengelompokan berbagai tipe meta-analisis dalam sosiologi dibawah judul Metasosiologi yang dapat didefinisikan sebagai Studi Refleksi tantang Struktur yang melandasi sosiologi pada umumnya dan struktur yang melandasi pada umumnya-subtantif area (misalnya, tinjauan umum hall 1983 tentang pekerjaan), konsep-konsep (analisi konsep “Struktur” dari rebinstein 1986), metode (metametode, contohnya upaya Brewer dan Hunter 1989), data (meta-data-analisi; contoh nya fredlich,1984; Hunter, Schimidt, dan Jakson, 1982; polit dan Pablo, 1987; Wolf, 1986), dan teori-teori. Metateori inilah yang menjadikan sasaran ritzer atau sosiolog .
Yang membedakan karya dalam metateori ini bukanlah proses studinya, tetapi sifat produk akhirnya. Ada tiga tipe metatheorizing yang sebagian besar dibedakan dalam produk akhir (Ritzer,1991a,1991b,1991c,1992b,1992c). seperti :
1.      Tipe Metatheorizing sebagai alat untuk mencapai pemahaman lebih dalam tentang teori (Mu).
Meliputi studi tentang teori untuk menghasikan pemahan lebih baik, serta lebih mendalam tentang teori yang ada (ritzer, 1988). Mu lebih memusatkan perhatian khusus pada studi tentang teori, teoritisi, dan komunitas teoritisi, serta juga pada konteks social dan intelektual lebih luasdari teori dan teoritisi.
2.      Tipe Metatheorizing sebagai Prelude pengembangan teori (Mp).
Yang memerlukan studi tentang teori yang ada untuk menciptakan teori sosiologi baru.
3.      Tipe Metatheorizing sebagai sumber Persfektif yang melandasi teori sosiologi (Mo).
Studi teori diarahkan pada tujuan untuk menciptakan sebuah Persfektif, orang dapat menyebut Metatheori yang melandasi sebagian atau seluruh teori sosiologi.(jenis metatheori inilah yang memberikan kerangka yang digunakan dalam menyusun buku teori sosiologi modern ini).
Tipe Pertama (Mu), terdiri dari empat subtipe  utama, yang keseluruhanya meliputi studi teori sosiologi baik forman maupun informal yang bertujan untuk mencapai pemahaman yang lebih mendalam. Dimana empat subtype itu adalah :
a.       Subtipe Internal-intelektual, memusatkan perhatian pada masalah intelektual atau kognitif, yang menjadi bagian dalam sosiologi. Termasuk didalamnya adalah upanya mengenali atau menganalisi paradigma kongnitif utamanya (Ritzer, 1975a,1975b,).
b.      Subtipe Internal-Social, juga melihat dalam sosiologi, tetapi lebih memusatkan perhatian pada factor social ketimbang factor kognitif. Pendekatan utamanya disini menekankan pada aspek komunal dari berbagai jenis teori sosiologi dan termasuk didalamnya upaya untuk mengenali “aliran utama” dalam sejarah sosiologi (Blumer,1984,198).
c.       Subtipe Ekternal –intelektual, memusatkan perhatian pada gagasan, peralatan,konsep, dan teori dari bidang ilmu lain yang dapat digunakan dalam menganalisis teori sosiologi (contohnya; Brown, 1987,1990a). Barker (1993), mengkaji implikasi teori Chaos untuk teori sosiologi, yang berakar dalam fisika.
belakangan ini, Bailey menyatakan bahwa meski perhatian ekplist terhadap metatheori masih tergolong baru dalam sosiologi, namun; teori system umum telah sejaklama di tandai oleh penyebaran metatheorizing secara luas “(1994; 27).
d.      Subtipe Pendekatan Ekternal-Social, bergeser ketingkat lebih makro untuk melihat masyarakat lebih luas (lingkungan nasional, Sosio-cultural, dsb) dan melihat sifat pengaruhnya terhadap teori sosiologi (contohnya vidich dan lyman, 1985).
Upaya metatheorizing khusus tentu saja dapat menggabungkan dua atau lebih tipe (Mu). Sebagai contoh,  belakangan ini Jaworski telah menunjukan bagaimana buku Luwis Alfred Coser , 1956, Fungcional of social conflict, berisi pernyataan yang didasarkan atas pengalaman sejarah dan pengalaman pribadi yang sangat mendalam (1991:116). jadi, jaworski menghubungkan pengaruh keluarganya (Internal-sosial) dan pengaruh berkuasanya Hitler di Jerman (Ekternal-sosial) terhadap kehidupan dan karya coser. Biasanya metatheorizing dalam sosiologi tak tergolong subtype Mu, tetapi kebanyakan tergolong pada subtype kedua yakni.
Tipe kedua, Metatheorizing Sebagai pendahulu pembagunan teori Sosiologi (Mp). Sebagaian besar teoritisi sosiologi klasik dan kontemporer yang sangat berpengaruh,membangun teori mereka, setidaknya sebagian, berdasarkan studi yang hati-hati tentang reaksi terhadap karya teoritis orang lain, diantara contoh yang terpenting adalah contoh tentang teori kapitalisme dari Marx yang dikembangkanya berdasarkan hasil sistematis atas filsafat Hegelian dan gagasan lain seperti ekonomi politik dan sosialisme utopia.
Serta teori tindakanya parson dibangun berdasarkan studi sistematis atas karya Durkheim, Weber,Pareto, dan marshall. Teori Neofungsional multidimensional Alexander berdasarkan studi sangat rinciatas karya Marx,Weber,Durkheim,dan Parson. Lalu teori komunikasi Hebermas, berdasarkan hasil penelitianya yang mendalam atas berbagai karya teoritis kritis maupun atas karya Marx,weber, Parson,Mead, dan Durkheim.
Tipe Ketiga, Melakuakan studi teori untuk menciptakan persfektif baru (Mo). Contoh teoritisi yang mempraktikan Mo dalam arti  melakuakan studi teori untuk menciptakan persfektif baru, seperti; Wallace dengan “Matrixs Disipliner”(1988), Ritzer dengan Integrated Sociological Paradigma (1979,1981a), Furfey dengan positivistic metasociology-nya (1953/1965), Gross dengan Neodialectikal metasosiology (1961). Sejumlah teoritisi (Bourdieu dan Wacquant,1992; Emirbayer,1997; Ritzer dan gindoff, 1992,1994) telah dilibatkan dalam menciptakan apa yang disebut Ritzer dan Gindoff disebut sebagai “Hubungan Metodologis” (methosological relaitionisme), yakni sebagai pelengkap bagi persfektif tentang ‘individualisme Methodologis’.[2]
D.    Sosiologi sebagai Ilmu Berparadigma Ganda
Ritzer menemukan bahwa ada tiga paradigma besar dalam disiplin sosiologi yakni paradigma fakta sosial, definisi sosial, dan perilaku sosial. Paradigma fakta sosial memusatkan perhatiannya pada fakta-fakta atau struktur dan institusi sosial berskala makro. Model yang digunakan teoritisi fakta sosial adalah karya Emile Durkheim, terutama dari buku The Rules of Sociological Method dan Suicide.
Dalam buku ini, Durkheim menyebut bahwa fakta sosial terdiri atas struktur sosial dan pranata sosial. August Comte sebagai pencetus positivismedalam ilmu-ilmu sosial memberi pengaruh pokok dalam berkembangnya paradigma ini. Penganut paradigma fakta sosial menggunakan metode wawancara dan analisis komparatif historis dalam riset-risetnya.
Paradigma kedua adalah paradigma definisi sosial. Paradigma ini bersumber dari pemikiran Max Weber tentang tindakan sosial (social action). Pokok perhatian sosiologi menurut Weber adalah bagaimana memahami tindakan-tindakan sosial dalam masyarakat, yang disebut dengan “tindakan yang bermakna”. Sosiolog mempelajari tindakan sosial dengan menggunakan metode observasi dengan melakukan penafsiran dan pemahaman terhadap data dan informasi. Beberapa teori yang tergolong dalam pradigma ini adalah teori tindakan, teori fenomenologis, interaksionalisme simbolis, etnometodologi dan eksistensialisme.[3]
Terakhir, paradigma perilaku sosial dengan acuan pada psikolog B. F. Skiner. Teori behavioral dan teori pertukaran merupakan pendukung utama paradigma ini. Sosiologi pada paradigma ini menekuni perilaku individu yang tak terpikirkan oleh individu bersangkutan. Berbeda dengan dua paradigma yang lain, metode yang diterapkan adalah metode eksperimen.

No

Paradigma
Gambaran dasar pokok permasalahan

Teori

Metode

Eksemplar

1

FAKTA SOSIAL
Obyek :
1.      Eksternal
2.      Memaksa
3.       Umum
4.       Riil
Struktural fungsional dan Konflik
Metode Survei dengan Kuesioner dan wawancara
Emile Durkheim :
The Rules of Sociological Method, Suicide
2

DEFINISI SOSIAL
Subyek :
1.      Internal
2.      Bebas
3.      khusus
1.Tindakan (Weber,Parsons), 2.Interaksionalismesimbolik (Weber,Mead, Cooley, Blumer dll) 3.Sosiologi Fenomenologi (Weber, Schutz, Garfinkel)
Pengamatan, verstehen dan Kualitatif
Max Weber :
Tindakan Sosial
3.
PERILAKU SOSIAL
Perilaku manusia deterministik : penghargaan dan hukuman
Perilaku (Burger&Bushell,Homans)
Eksperimen
B.F.Skinner :
Perilaku Sosial

E.     Kritikan terhadap pemikiran Ritzer

Penempatan perspektif konflik dalam paradigma yang sama dengan structur fungsional oleh Ritzer adalah sasaran kritik sosiolog lain seperti WSallker, Jaworski dan Schimzt. Struktural konflik yang mengasumsikan bahwa masyarakat senantiasa dalam konflik –menuju perubahan- berlawanan dengan struktural fungsional –yang mengasumsikan masyarakat terdiri dari substruktur-substruktur dengan fungsinya masing-masing yang saling terkait dan aktif, dan senantiasa membawa masyarakat menuju keseimbangan.
Pendekatan konflik lebih menekankan pada pertentangan dan perubahan sosial, sementara struktural-fungsional pada stabilitas. Kelemahan meta teori Ritzer bermula dari pengabaian terhadap gejolak filsafat ilmu di abad ke-20. Pengabaian inilah yang menyebabkan adanya kontradiksi antar teori dalam satu paradigma, dan di sisi lain, menempatkan secara terpisah antar teori yang berakar pada filsafat yang sama, misalnya; antara fungsionalisme dengan teori pertukaran. Selain itu, paradigma integratif sebagai ‘konsensus’ antar paradigma, atau sebagai paradigma yang lebih lengkap –sehingga lebih akurat sebagai perspektif sosiologi- patut diperdebatkan.
Merumuskan teori berparadigma integratif sama halnya memaksakan berbagai aliran untuk bersepakat. Tentu hal ini mendistorsi teori-teori yang ada, dari berbagai paradigma. Karena itu, lebih tepat menempatkan paradigma integratif ini sebagai paradigma tersendiri yang berbeda dengan paradigma-paradigma sebelumnya. Atau, menempatkan sebagai paradigma ke-empat setelah; paradigma fakta sosial, paradigma definisi sosial, dan paradigma perilaku sosial.
Menurut Walker, Metateori Ritzer tak mampu menampung tumbuhnya berbagai teori alternatif baru dewasa ini. Kemunculan teori-teori kritis –dengan ragam alirannya, tak mampu ditampung dalam kerangka metateori Ritzer. Karena itu, pemetaan Ritzer tak lagi tepat untuk menggambarkan perkembangan teori saat ini. Kemunculan teori kritis juga semakin menampakkan bahwa pendekatan tripartit (konflik, struktural-fungsional, dan interaksi sombolik) tak lagi relevan.[4]


BAB III
KESIMPULAN
George Ritzer
·         Lahir : pada tahun 1940 di Born, Amerika Serikat. Dia adalah seorang sosilog Amerika, Ritzer juga seorang Distinguished University Professor di Universitas Maryland. Minat utamanya adalah teori sosiologi dan sosiologi konsumsi. Ritzer pernah menjabat sebagai ketua American Sociological Association’s Section on Theoritycal Sociology and Organizations and Occupations.
·         Dipengaruhi : Thomas Khun, Durkheim, Weber, Kalr Marx, Pierre Bourdieu
·         Karya : Modern Sociological Theory, 5th edition. McGraw-Hill, 2000 and Classical Sociological Theory, 3rd edition. New York: McGraw-Hill, pada tahun 2000.dll
·         Metateorisasi : adalah sebuah praktik yang sudah umum di bidang sosiologi. Sementara teoritisasi sosiologi berupa memahami dunia social, methateorisasi di dalam sosiologi berupaya untuk memahami teorisasi sosiologi.
·         Metateori sosiologi : adalah subdomain sosiologi yang bertujuan untuk menelaah aktifitas-aktifitas penelitian dalam teorisiasi di dalam sosiologi. George Ritzer (1988:188) mendefinisikan metateori studi struktur dasar dalam teori sosiologi. Mengutip Goldner (1970:46), Ritzer menyatakan bahwa metateori berkepentingan untuk membahas tingkat sub teoritis “Infrastuktur” teori namun, tidak seperti furplay Ritzer menolak upaya metateoritis untuk merumuskan prasyarat-prasyarat untuk mengerjakan teori.
·         Tiga tipe Metatheorizing : Ada tiga tipe metatheorizing yang sebagian besar dibedakan dalam produk akhir seperti 1. Metatheorizing sebagai alat untuk mencapai pemahaman lebih dalam tentang teori (Mu) 2. Metatheorizing sebagai Prelude pengembangan teori (Mp). Tipe Metatheorizing sebagai sumber Persfektif yang melandasi teori sosiologi (Mo).

Daftar Pustaka

Ritzer, George dan Barry Smart. Handbook Teori Sosial. 2011. Bandung:   Nusa    Media.
Ritzer, George - Douglas J.Goodman, Teori Sosiologi Modern cetakan ke-6.2010 ,Jakarta : Kencana Prenada media group.
Ritzer, George. Sosiologi - Ilmu Berparadigma Ganda, 1985. Jakarta :  Rajawali Pers.
Zeitlin, Irving M, Memahami Kembali Sosiologi, Kritik Terhadap Sosiologi Kontemporer, 2002 Yogyakarta: Gadjah pustaka






                [1] George Ritzer - Douglas J.Goodman, Teori Sosiologi Modern cetakan ke-6. 2010 Jakarta : Kencana Prenada media group. h.658.
[2] Ritzer, George dan Barry Smart. Handbook Teori Sosial. 2011. Bandung: Nusa Media. h.769
[3] Ritzer, George. Sosiologi - Ilmu Berparadigma Ganda, 1985. Jakarta : Rajawali Pers.h.78

                [4] Zeitlin, Irving M, Memahami Kembali Sosiologi, Kritik Terhadap Sosiologi Kontemporer, 2002 Yogyakarta: Gadjah pustaka. h.212

No comments:

Post a Comment